Search
Close this search box.

Adab & Pantangan Orang Jawa yang Jarang Diketahui (PAMALI)

Orang Jawa terkenal dengan kekayaan budaya dan tradisi yang kaya, termasuk berbagai pantangan yang dipegang teguh dalam kehidupan sehari-hari. Pantangan-pantangan ini sering kali berasal dari keyakinan mistis, adat istiadat, atau aturan sosial yang turun-temurun dari generasi ke generasi. Meskipun beberapa pantangan sudah dikenal luas, banyak juga yang jarang diketahui oleh orang luar. Artikel ini akan menjelajahi sepuluh pantangan orang Jawa yang mungkin belum banyak diketahui orang serta latar belakang dan maknanya.

1. Pantangan Makan di Atas Kain Bekas Terkena Air Liur

Salah satu pantangan yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa adalah larangan untuk makan di atas kain bekas yang terkena air liur. Meskipun terdengar sederhana, pantangan ini memiliki makna yang dalam. Orang Jawa meyakini bahwa air liur mengandung energi spiritual individu, dan makan di atas kain yang terkena air liur dapat membawa sial atau malapetaka.

2. Pantangan Makan dengan Tangan Kiri

Pantangan ini mungkin lebih dikenal secara umum, tetapi masih menjadi prinsip yang dipegang teguh dalam budaya Jawa. Menggunakan tangan kiri untuk makan dianggap kurang sopan karena tangan kiri dianggap kotor dan tidak layak untuk menyentuh makanan. Ini adalah bagian dari etika makan yang dijunjung tinggi dalam budaya Jawa.

3. Pantangan Melintas di Depan Orang yang Sedang Duduk

Melintas di depan orang yang sedang duduk, terutama saat orang tersebut sedang makan atau berdoa, dianggap kurang sopan dalam budaya Jawa. Hal ini dianggap mengganggu konsentrasi dan kedamaian orang yang sedang duduk, dan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak menghormati.

4. Pantangan Menyapu atau Membersihkan Rumah pada Malam Hari

Pantangan ini terkait dengan kepercayaan tradisional Jawa tentang kehadiran makhluk halus pada malam hari. Menyapu atau membersihkan rumah pada malam hari dianggap dapat mengundang kehadiran makhluk halus atau membawa kesialan. Oleh karena itu, masyarakat Jawa cenderung menghindari melakukan pekerjaan rumah pada malam hari.

5. Pantangan Tidur dengan Kaki Menghadap ke Pintu

Masyarakat Jawa meyakini bahwa tidur dengan kaki menghadap ke pintu dapat membawa sial atau malapetaka. Kaki yang menghadap ke pintu dianggap sebagai tindakan yang mengundang energi negatif atau menghadapi arah yang tidak baik, sehingga dihindari dalam tidur.

6. Pantangan Membunyikan Sendok atau Garpu saat Makan

Dalam budaya Jawa, membunyikan sendok atau garpu saat makan dianggap kurang sopan dan mengganggu. Hal ini dapat mengganggu orang lain yang sedang makan dan dianggap sebagai tanda kurangnya kesopanan dalam etika makan.

7. Pantangan Berbicara tentang Kematian atau Kejadian Buruk saat Makan

Pembicaraan tentang kematian atau kejadian buruk dianggap dapat mengganggu selera makan dan membawa kesialan dalam budaya Jawa. Oleh karena itu, pembicaraan semacam itu sering dihindari saat sedang makan bersama atau dalam suasana santai.

8. Pantangan Menyebutkan Nama Orang yang Sedang Sakit saat Makan

Menyebutkan nama orang yang sedang sakit saat sedang makan dianggap tidak sopan dalam budaya Jawa. Hal ini dianggap dapat membawa kesialan atau mempengaruhi selera makan, sehingga dihindari dalam pembicaraan saat makan bersama.

9. Pantangan Menyapu atau Membersihkan Lantai saat Ada Tamu

Membersihkan lantai atau menyapu saat ada tamu di rumah dianggap kurang sopan dalam budaya Jawa. Hal ini dianggap dapat mengganggu kenyamanan tamu dan menimbulkan kesan kurang bersahaja, sehingga dihindari selama tamu berada di rumah.

10. Pantangan Menyapa Orang yang Sedang Makan

Menyapa atau mengganggu orang yang sedang makan dianggap kurang sopan dalam budaya Jawa. Orang Jawa menghargai waktu makan sebagai momen yang santai dan privasi, sehingga mengganggu orang yang sedang makan dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan.

Pantangan-pantangan ini merupakan bagian penting dari warisan budaya Jawa yang kaya dan harus dihormati oleh semua orang, baik dari dalam maupun luar budaya Jawa. Meskipun beberapa pantangan mungkin terdengar tidak masuk akal bagi orang luar, memahami dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat orang lain adalah langkah penting dalam menjaga kerukunan dan keberagaman budaya.

Bagikan :